Madura
Oleh Dhimam Abror DjuraidNamun, hari ini (7/6) ternyata orang Madura tidak sakti dan tidak kebal menghadapi penularan pandemi. Angka penularan Covid-19 di Bangkalan tiba-tiba melonjak.
Sampai-sampai pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Daerah Bangkalan ditutup selama empat hari ke depan. Seorang dokter ahli diketahui meninggal akibat Covid 19 dan beberapa tenaga kesehatan di RS itu positif Covid 19.
Lantaran Bangkalan bersambung langsung dengan Surabaya melalui Jembatan Suramadu, Pemerintah Provinsi Jatim langsung menutup akses itu. Semua orang yang keluar masuk dari dan ke Madura melalui Suramadu dicegat dan diharuskan melakukan tes antigen.
Sudah puluhan orang yang ketahuan positif Covid-19. Rumah sakit darurat untuk isolasi langsung didirikan di kaki jembatan di wilayah Bangkalan.
Kemacetan dan kepanikan terjadi. Banyak protes dari warga Madura yang hendak menuju ke Surabaya atau mau ’toron’ pulang ke Madura. Namun, penjagaan gabungan dilakukan dengan ketat dan tanpa kompromi.
Ihwal protes memprotes dengan keras, orang Madura memang jagonya. Mat Rojak, yang tinggal di sebuah desa di Sampang marah-marah karena melihat antrean sembako untuk korban Covid-19 sangat panjang sampai puluhan meter.
Dia berpikir antrean itu pasti karena kepala desa tidak becus mengatur warga yang mengantre. Rojak pun memutuskan untuk protes kepada kepala desa.
Sesampai di kantor kepala desa, Rojak kaget, karena antrean orang yang mau protes kepada kepala desa ternyata lebih panjang dari pengantre sembako. "Bo abo..kalau begini caranya lebih baik saya antre sembako saja...’’