Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mahfud Imbau Penceramah Tidak Menakuti Umat Ketika Berbicara Soal Corona

Kamis, 05 Maret 2020 – 16:29 WIB
Mahfud Imbau Penceramah Tidak Menakuti Umat Ketika Berbicara Soal Corona - JPNN.COM
Menko Polhukam Mahfud MD. Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menko Polhukam Mahfud MD menyarankan para penceramah tidak menakut-nakuti umat ketika berbicara dengan bahasan utama virus Corona. Mahfud tidak melarang ustaz berbicara tentang Corona, tetapi isi ceramah tidak yang menakuti.

Mahfud menyampaikan saran itu ketika berpidato di acara standarisasi kompetensi dai yang diselenggarakan di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis (5/3).

Mahfud menjelaskan, umat yang mendengarkan ceramah, memiliki kemampuan mencerna pesan yang berbeda-beda. Jika ceramah bernuansa menakuti, dikhawatirkan umat dilanda ketegangan menyikapi kasus Corona.

"Kalau berceramah juga jangan menimbulkan ketegangan dan menakut-nakuti. TV itu yang nonton banyak, loh. Bukan hanya orang yang standarnya otak dan pengalamannya sama. Jadi kadang kala kalau menakut-nakuti itu menimbulkan ketegangan," kata Mahfud .

Menurut Mahfud, isi ceramah bisa disesuaikan dengan sikap pemerintah terhadap kasus Corona. Dalam beberapa kesempatan, pemerintah selalu menyerukan ke masyarakat tidak tegang menghadapi kasus Corona.

"Pemerintah menyerukan jangan menimbulkan ketegangan karena Corona. Coba dibuat tenang masyarakat, sehingga tidak terhadi rush. Bahwa pemerintah mengharapkan Corona itu diumumkan itu terbuka, iya, tetapi jangan menakut-nakuti," ungkap dia.

Selain itu, kata dia, isi ceramah bisa berupa edukasi mencegah penularan Corona daripada menakuti-nakuti. Kemudian, isi ceramah bisa berupa ajakan tidak menimbun masker.

"Oleh sebab itu jangan membuat orang panik. Orang yang tahu kalau Corona itu tidak berbahaya, ditakut-takuti, awas harus pakai masker. Masker ditimbun, lalu dijual kepada orang yang takut. Harganya yang biasanya Rp 15 ribu menjadi Rp 100 ribu, Rp 300 ribu," kata dia. (mg10/jpnn)

Umat yang mendengarkan ceramah, memiliki kemampuan mencerna pesan yang berbeda-beda. Jika ceramah bernuansa menakuti, dikhawatirkan umat dilanda ketegangan menyikapi kasus Corona.

Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News