Mahfud MD Anggap Greenflation Isu Recehan, Ternyata Ini Pentingnya bagi Indonesia
Program unggulannya adalah menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga fosil dan menggantinya dengan pembangkit listrik berbasis sumber energi hijau, seperti pembangkit listrik tenaga surya.
Hal ini menjadikan isu greenflation di Indonesia sangat relevan, karena salah satu dampak yang mungkin timbul dari penggunaan energi hijau adalah inflasi karena kenaikan harga bahan bakar fosil sebagai salah satu upaya mereduksi penggunaan bahan bakar fosil.
Pada 2023, Prancis mengalami periode greenflation yang signifikan. Hal ini menyebabkan demonstrasi kaum Rompi Kuning secara besar-besaran terhadap Presiden Macron.
Demonstrasi ini berlangsung selama tiga minggu dan dipicu oleh sistem perpajakan yang dianggap memberatkan dan tidak sebanding dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Gerakan ini bermula dari kebijakan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang bertujuan untuk mendanai pengembangan energi bersih dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Demonstrasi ini kemudian berubah menjadi kerusuhan, dengan aksi pembakaran kendaraan dan tindakan penjarahan yang dilakukan oleh sebagian demonstran.
Pada masa ini, Greenflation juga terjadi di Indonesia. Namun, Greenflation di Indonesia masih identic dengan masalah komoditas hijau seperti pangan.
Menurut informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama tahun 2023, faktor yang menjadi penyebab utama dari tingginya tingkat inflasi di Indonesia adalah beras, cabai merah, dan rokok kretek.
Masing-masing dari komoditas ini berkontribusi sebanyak 0,53%, 0,24%, dan 0,17% terhadap laju inflasi. Selain itu, komoditas lain yang juga memiliki kontribusi yang signifikan adalah emas dan perhiasan sebesar 0,11%, serta cabai rawit sebesar 0,10%.