Makan di Restoran Bismillah
Cocok dengan Lidah Indonesia, Minumnya Teh MasalahMinggu, 04 Juli 2010 – 15:38 WIB
Ketika membuka buku menu, saya langsung memesan ayam panggang. Dan minumnya, saya ditawari minuman khas di restoran itu, yakni: masalah tea. Kalau diterjemahkan secara bebas, artinya: teh masalah. Ini bukan berarti setelah minum teh itu, langsung ada masalah, tapi memang namanya demikian. Teh tersebut rasanya sangat khas. Ada unsur wanginya, kemudian juga ada unsur susunya. Di Makkah ketika berhaji, saya pernah minum teh seperti itu (teh dicampur dengan susu). Tapi, rasanya benar-benar berbeda dengan teh masalah yang ada di restoran tersebut. Di restoran itu lebih sedap dan tak membuat perut eneg.
Tak berapa lama, ayam panggang yang saya pesan pun keluar. Dari baunya saja, sebenarnya sudah bisa diduga, rasanya bakal lezat. Apalagi, siang itu perut dalam keadaan lapar. Dan ternyata, setelah dagingnya saya gigit secuwil demi secuwil, rasanya benar-benar lezat. Dan memang tak kalah lezatnya dengan ayam panggang paling enak yang pernah saya makan di Surabaya. Yang membuat enak, tentu saja bumbunya.
Hari itu, saya benar-benar merasakan lezatnya makanan, selezat ketika makan di Indonesia. Di Afrika Selatan, beberapa kali saya makan ayam panggang di Nando"s (salah satu restoran waralaba internasional). Tapi, rasanya tak selezat di restoran Bismillah.