Marah Dewi
Oleh: Dahlan IskanKarina cantik, necis, modis. Yuda acak-acakan, cuek, kucel, ngelombrot dengan rambut awut-awutan.
Dua-duanya peneliti sel. Dua-duanya doktor. Karina di UI, Yuda di Korea Selatan.
Beda lain antara Karina dengan drh Yuda adalah cara menemukan sumber sekratom itu.
Yuda mendapatkan sekratom dari sel yang dibiakkan. Dalam istilah Karina, sekratom itu didapat dari "kolam sel".
Sel memang punya "kolamnya" sendiri. Yang membentuk "kolam sel" itu adalah sel itu sendiri. Sel manusia itu, kata Karina, selalu memuntahkan cairan. Cairan itulah yang membentuk "kolam".
Ajaibnya, sel hanya bisa hidup di "kolam" sekratom. Tanpa "kolam" sekratom sel itu ibarat ikan tanpa air: mati. Atau kurus sakit-sakitan.
Drh Yuda mengambil "air kolam" itu. Tanpa mengikutkan selnya. Itulah sekratom. Yang dalam istilah drh Yuda ia sebut sebagai "protein-sel".
"Proses pengambilan sekratom seperti itu mahal sekali," ujar Karina yang cantiknya 5i itu.