Mardani PKS Ungkap Cerita Miris soal Kesulitan Anak Belajar di Masa Pandemi
Anak itu pulang, dan janji akan kembali lagi. Tapi kertas tugasnya ditinggal.
Aku minta kertas-kertas tersebut, dan aku baca. Ternyata tugas dari sekolahnya, membuat laporan kegiatan belajar di rumah selama pandemi berlangsung.
Aku baca hingga selesai draft tersebut. Tata bahasanya bagus dan inti pokoknya juga tepat. Dia sampaikan beberapa kendala selama belajar di rumah. HP hanya ada 1 milik ayahnya, sementara yang harus belajar menggunakan HP ada 3 orang. (Dia dan dua adiknya). Kebayang kan?
Aku bilang sama si operator, tolong diketik dan di-print, nanti saya yang bayar. Enggak lama kemudian, si anak tadi datang, dan bilang sama si operator, meminta kembali draft yang tadi.
Si operator bilang, bahwa tugasnya sedang diketik dan akan diprint. Anak itu bilang, tapi saya enggak ada uangnya. Dan si operator bilang, sudah ada yang bayarin.
(Aku tadi sudah bilang ke operatornya, bahwa anak tersebut enggak usah tahu siapa yang bayar)
Di sini, aku bukan mau riya, pamer bayarin, tapi kebayang enggak, berapa banyak anak yang mengalami hal seperti ini? Di saat orang tuanya kesulitan menutupi biaya hidup, ditambah lagi beban pulsa paket, beban ngetik tugas, ngeprint tugas?
Kepada guru-guru coba dipertimbangkan lagi. Memberi tugas memang harus, tapi di situasi seperti sekarang ini kasihan anak-anak tersebut. Mereka takut kalau tidak mengerjakan tugas, tapi tidak punya uang.