Markus Solo Kewuta SVD, Pastor Indonesia yang Jadi Pejabat di Vatikan
Salve! Polisi Italia pun Langsung Memberi HormatKarena itu, PCID punya tugas penting. "Untuk membangun relasi dan mengembangkan pemahaman bersama, memajukan saling respek, dan kerja sama antara umat Katolik dan umat beragama lain," ujar Romo Markus.
Lalu, bagaimana Markus yang berasal dari kampung kecil itu bisa sampai di Vatikan? "Saya sendiri juga tidak tahu," ujarnya sembari duduk di taman kecil di tengah-tengah kompleks administratif Vatikan. Apalagi, Vatikan tak pernah menerima lamaran. Takhta Suci Vatikan selalu memilih sendiri orang-orangnya.
"Tapi, saya akui bahwa saya punya jalan panjang yang mungkin tidak semua orang sempat mengalami apa yang saya alami," tambah salah seorang staf penasihat paus tersebut.
Yang terang, Markus masih ingat betul saat handphone-nya tiba-tiba berdering. Saat itu dia masih menjadi rektor Institut Internasional Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di Wina, Austria, jabatan yang diembannya sejak 2006. Isi telepon itu kira-kita begini, "Halo, di sini Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama. Anda akan bekerja bersama kami di Vatikan."
Hati Markus bergetar. "Seperti kilat di hari cerah. Kaki saya seperti melayang-layang. Seperti hampa. Tapi, beberapa saat kemudian hati saya langsung berdebar-debar," ungkapnya.
"Orang Jerman punya ungkapan pas untuk itu. 'Mit einem lachenden und weinenden auge (Dengan satu mata yang tertawa dan mata yang lain menangis, Red)'," ujar orang Indonesia pertama di lembaga tinggi Vatikan tersebut.(*/c10/ari)