Masih Ingat Drama Gus Dur jadi Presiden?
Episode yang ini, beberapa kali dikisahkan langsung oleh mantan Menko Maritim itu kepada JPNN, tempo hari.
Dua pekan kemudian. Rizal kembali dipanggil ke Istana Negara, Jakarta. Kali ini Gus Dur menawarkannya menjadi Duta Besar RI di Amerika Serikat yang saat itu dijabat Doradjatun Kuntjoro Jakti.
Jawaban Rizal lagi-lagi mengundang derai tawa Gus Dur.
“Saya merasa terhormat dicalonkan menjadi Dubes RI di Amerika. Terima kasih, Gus,” sahut Rizal. “Tapi, saya kan bukan anak nakal. Saya tidak mau dibuang ke luar negeri.”
Begitu dipanggil untuk ketiga kalinya, Gus Dur menekankan, “sekarang kamu tidak boleh menolak permintaan saya.”
Rizal diminta membenahi Badan Urusan Logistik (Bulog). “Kamu harus bersedia menjadi Kabulog,” demikian titah Gus Dur yang hari itu tampak serius.
“Baiklah, Gus,” jawab Rizal tak kalah serius, setelah bermenung beberapa saat. “Saya terima tugas itu. Tapi, ada syaratnya…”
Ini lantas membuat Gus Dur terbahak-bahak. “Kamu ini gimana sih, yang ingin menjadi Kabulog itu antre, karena Bulog banyak duitnya. Apa syaratmu?”
“Saya mau menjadi Kabulog, tapi kalau bisa hanya untuk enam bulan saja. Kalau lebih dari enam bulan, saya akan mengundurkan diri.”
3 April 2000. Rizal Ramli dilantik menjadi Kabulog menggantikan Jusuf Kalla.
Inilah kali pertama Rizal Ramli masuk dalam pemerintahan Republik Indonesia.
Rizal langsung bekerja. Dia memeriksa keadaan. Lima pejabat eselon satu (deputi), 54 pejabat eselon dua (kepala biro dan kepala Dolog) direstrukturisasi.
Dari 26 kepala Dolog yang memimpin daerah operasi Bulog di seluruh Indonesia, 24 di antaranya dipensiunkan atau dimutasi. Sekitar 80 karyawan kena pensiun dini.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang akan dipensiun dini, akan mendapat tambahan pesangon dari yang semestinya diperoleh. Biaya pengobatan dikasih ekstra, plus biaya untuk pulang kampung,” Rizal mengumumkan.
“Yang tidak setuju, boleh melawan saya. “Tapi, saya tidak segan-segan akan membawa kasus yang terkait dengan penyelewengan dan penyimpangan yang berlangsung selama ini ke pengadilan,” sambungnya.
Pejabat yang berasal dari kalangan sipil umumnya setuju. Tapi, beberapa orang yang dari militer…
“Kami tidak bisa menerima kebijakan yang bapak tetapkan. Kami ini biasa bertempur. Kami siap berkelahi!”
Dengan santainya, Rizal yang pernah lima tahun lebih menjadi penasehat ekonomi Fraksi ABRI di DPR, langsung menelepon Panglima TNI Laksamana Widodo AS.
Begitu tersambung, dipijitnya tombol loudspeaker. Sehingga percakapan mereka didengar oleh para perwira TNI yang sedang murka itu.
“Mas Widodo, ini ada anggota TNI yang akan saya pensiunkan dini di Bulog. Tapi mereka menolak, malahan ngajak berantem.”
“Siapa namanya? Catat nomor pokok TNI-nya…” sahut Widodo di ujung telepon.
Seketika itu Rizal Ramli mendekap telepon. Kemudian bertanya kepada oknum yang tadi menyala-nyala sorot matanya. “Maaf, berapa nomor pokok TNI bapak?”
Para perwira itu pun menggoyang-goyangkan tangan, tak ingin identitasnya diketahui.
Langkah selanjutnya, jumlah rekening Bulog yang semula 117 dipangkas jadi 9 rekening saja.
Dana off budget yang jumlahnya triliunan rupiah menjadi on budget, sehingga tak bisa dipergunakan seenaknya.
Alhasil, ketika meninggalkan Bulog, lembaga itu surplus Rp 5 triliun. Rizal Ramli lalu diangkat Gus Dur jadi Menko Perekonomian. (wow/jpnn)