Masjid di China Gelar Salat Iduladha, tetapi Tak Ada Penyembelihan Kurban
"Shalat dimulai pukul sembilan," ucap seorang pengurus Masjid Niujie di sela-sela kesibukannya menggelar karpet di halaman dalam.
Meskipun sepi, sejumlah petugas keamanan dan pengurus partai berkuasa sudah bersiaga di beberapa sudut kompleks masjid itu.
Di antara mereka ada yang berdiri, ada pula yang duduk-duduk dengan pandangan yang tertuju ke segala penjuru.
Jemaah datang bergelombang. Beberapa umat Islam dari berbagai ras dan negara berbeda turut mewarnai suasana menjelang shalat Iduladha di masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 996 Masehi saat China masih dipimpin Dinasti Liao itu.
Namun, suku etnis minoritas Muslim Hui mendominasi jamaah shalat Id pada pagi hari itu.
Dari caranya berpakaian terlihat juga beberapa etnis minoritas muslim China lainnya, seperti Uighur dan Salar, meskipun jumlahnya sangat kecil.
Umat Islam dari Indonesia yang didominasi kalangan pelajar juga menambah panjang daftar jamaah shalat Id di kompleks masjid yang luasnya mencapai 10.000 meter persegi di Distrik Xicheng, Kota Beijing, itu.
Selain latar belakang sejarah terbentuknya komunitas Muslim China, Niujie juga populer di kalangan warga setempat karena beragamnya kuliner halal yang dikenal juga dengan istilah qingzhen.