Masjid Mujahidin, Simbol Perjuangan Syuhada TNI Angkatan Laut
Pembangunan masjid saat itu dilakukan oleh pihak yayasan yang dipimpin oleh Djakfar Yasman. Ia adalah seorang purnawirawan TNI AL.
Saat itu, dana pembangunan yang digunakan juga dari yayasan. Setahun kemudian, pembangunan masjid tuntas. Namun, masjid belum diberi nama. Sebab, saat itu para pengelola yayasan masih bingung mencari nama yang pas.
Seiring berjalannya waktu, para pengurus yayasan akhirnya menamakan masjid tersebut dengan sebutan Mujahidin. Nama itu kemudian bertahan dan menjadi ikon masjid di kawasan Perak itu hingga saat ini. Dipilihnya nama Mujahidin juga bukan tanpa alasan.
“Soalnya, kan para jamaah masjid kebanyakan para prajurit TNI AL yang banyak berjuang di medan perang. Mereka sering menghabiskan waktu di masjid ini. Nah, para prajurit itu dianggap sebagai seorang mujahid atau pejuang (kemerdekaan). Karena itu akhirnya dinamakan Masjid Mujahidin,” jelasnya.
Adnan menjelaskan bahwa masjid ini awalnya memiliki bangunan yang sederhana. Kemudian pada medio 1990-an, masjid sempat direnovasi total sehingga menjadi lebih mewah dan modern seperti saat ini.
“Namun demikian, masih ada satu yang asli peninggalan dari proses pembangunan pertama, yakni kubahnya,” jelas pria asli Makassar ini.
Adnan mengatakan bahwa Masjid Mujahidin mampu menampung jamaah hingga 3.000 orang.
Biasanya, jamaah penuh pada saat salat Jumat. Bahkan, saat salat Ied seperti salat Iedul Fitri nanti, jumlah jamaahnya bisa meningkat dua kali lipat mencapai 6.000 orang. (*/jay)