Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mate Ningde

Oleh: Dahlan Iskan

Selasa, 07 November 2023 – 07:08 WIB
Mate Ningde - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Awalnya saya berpikir: bagaimana orang zaman dulu bisa keluar dari Xianyou untuk merantau sampai Nusantara. Betapa jauh perjalanan keluar dari gunung-gunung ini. Betapa sulit perjalanan itu.

Lalu: bagaimana orang dulu bisa hidup dari alam seperti ini. Maka wajar kalau mereka merantau, apalagi zaman itu bebas: tidak ada batas negara, bahkan yang disebut negara pun belum ada.

Tidak perlu paspor. Tidak perlu visa. Tidak perlu KTP. Di mana ada bumi di situ bebas dipijak.

Saya teringat begitu banyak teman saya di Surabaya yang keturunan Xianyou. Mereka punya paguyuban Xianyou. Sampai ada yang rebutan jadi pengurus.

Jalan tol Fuzhou-Xianyou ini luar biasa. Bagaimana ada jalan di pegunungan tetapi relatif lurus. Tidak terlalu belok-belok. Tidak naik turun. Yang tinggi diterobos terowongan, yang rendah dibangun jembatan.

Pun tidak ada lereng gunung yang dikepras. Tidak ada jalan yang melingkar dengan cara memotong tebing. Kalau toh harus di pinggir tebing dibuatkan jalan layang di tebing itu.

Kota kecamatan Xianyou begitu beruntung. Dilewati jalan tol. Lebarnya pun tiga lajur.

Tentu kota Xianyou di sela-sela gunung. Di sehampar ngarai yang tidak luas. Tetapi banyak sekali bangunan pencakar langitnya. Mengalahkan kota besar sekelas Makassar.

Rasanya HP lama yang sudah remuk di empat pojoknya ini digugat ke MK saja. Tetapi di kota-kota di empat provinsi itu jawabnya sama: stok habis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close