Memaknai Kitab Kuning ke Dalam Bahasa Jawa dengan Laptop Pinjaman
Akhirnya, dia ditunjukkan sebuah pesantren di kawasan Kriyan, Kalinyamatan, yang bisa mengoperasikan aplikasi berbahasa Arab. Ke sanalah dia lantas menuju. Karena seringnya berkunjung, dia akhirnya ditawari mengajar. Sebuah tawaran yang tak dia sia-siakan.
Salah satu alasannya, dengan menjadi guru, dia bisa leluasa menggunakan peranti milik pesantren. Termasuk alat scan. Dia lalu belajar untuk mengoperasikan komputer. Dimulai dari yang paling sederhana: menghidupkan dan mematikan.
Jamaahnya pun tidak ketinggalan menyumbangkan sebuah komputer bekas dengan prosesor Pentium II dan program Windows 98. Beberapa waktu kemudian, kemampuan kakek berjenggot putih itu dalam memaknai kitab terdengar sampai ke Malang.
Salah satu pimpinan pesantren di sana meminta dia untuk memaknai beberapa kitab klasik. Di antaranya, Karomatul Auliya, Kasfudz Dzunun, dan Jawahirul Khomsah.
Dari situlah dia juga mulai mengenal aplikasi Corel Draw. Dia mempelajarinya secara otodidak. Setelah merasa bisa, hasil scan lembaran kitab kuning dia edit menggunakan Corel. Bukan mengedit tulisan, melainkan jarak antar baris.
Rata-rata kitab tersebut dalam satu halaman berisi 18 baris. Dia lalu menguranginya menjadi sembilan baris per halaman. Supaya ada jarak yang bisa digunakan untuk menulis hasil pemaknaan. Dia mengukir pemaknaan itu huruf per huruf dengan menggunakan menu tulisan Arab di Corel.
Dia pernah merasakan kerepotan saat menggunakan Corel versi 14. Sebab, tulisan Allah dalam bahasa Arab tidak bisa muncul. Setelah ditelusuri, rupanya, pangkal persoalan ada pada versi Windows. Corel versi 14 tidak cocok dengan Windows 7 yang dia gunakan.
’’Akhirnya, saya kembali ke Windows XP, baru bisa,’’ lanjutnya.