Membangun Kembali Big Island yang Diporak Poranda Kilauea
Mereka lantas menghubungi Hope Services Hawaii Inc untuk membantu. Perusahaan tersebut akhirnya membuat kontrak dengan Keuskupan Hawaii. Mereka diperbolehkan menggunakan 5,8 hektare lahan keuskupan di Gereja Sacred Heart untuk membangun rumah bagi lansia korban letusan.
Jalan menuju kebaikan itu dipermudah. Pejabat setempat setuju mengeluarkan status darurat sehingga mereka tidak perlu melalui proses perizinan yang berbelit-belit untuk pembangunan.
Awalnya, memang ada keraguan bahwa proyek itu bakal berjalan lancar. Siapa yang mau tinggal di rumah sempit tanpa aliran listrik dan air. Tapi, mereka terus maju mengerjakan proyek kemanusiaan tersebut.
Lagi-lagi, Tuhan membukakan jalan. CEO Hope Services Hawaii Inc Brandee Menino menjelaskan bahwa pihaknya melakukan survei dan ternyata 63 orang mau tinggal di rumah mungil yang segera selesai dibangun tersebut. Tinggal di rumah mungil dari kayu itu dianggap jauh lebih baik daripada di penampungan darurat ataupun tidur di mobil.
Bukan hanya itu, bantuan juga terus mengalir. Anggota 230th Engineer Company Hawaii Army National Guard ikut turun untuk membantu membersihkan lahan yang akan dipakai membangun selter.
Hawaii Island United Way mendonasikan USD 75 ribu (Rp 1,04 miliar) dan USD 25 ribu (Rp 348,3 juta) datang dari lembaga yang berafiliasi dengan Hu Honua Bioenergy. Relawan juga terus berdatangan.
Oliveira membantu mengoordinasi bantuan dan pekerja untuk menggarap bangunan. Pria 56 tahun yang pernah menjadi kepala pemadam kebakaran Hawaii itu menyatakan bahwa bantuan tersebut mengubah banyak hal. Mereka bisa membuat dapur, toilet, dan berbagai perlengkapan lain. Selain itu, bakal ada bantuan berupa toilet dan shower portable.
Jika cuaca sedikit bersahabat, proyek itu bakal selesai lebih cepat. Sayangnya, hujan terus mengguyur. Meski begitu, semangat para relawan tak pernah padam.