Membangun Kembali Kultur Demokrasi Kita
Politik Goro-goro, Racun Bagi Demokrasi
Politik Goro-goro selalu hadir dalam suasana kultur demokrasi yang rentan, wacana represif mendapat dukungan luas oleh publik, akal sehat diabaikan, Hoaks dan disinformasi bertaburan, nuansa kritik membangun dihadapi dengan curiga, pemujaan berlebihan terhadap pemimpin muncul secara masif.
Maka melalui jalur kultural, kelembagaan demokrasi yang kukuh mulai dipertanyakan legitimasinya, muncul distrust publik pada pranata demokrasi yang ada.
Maka membangun kultur demokrasi yang kukuh adalah keniscayaan. Politik akal sehat harus dikedepankan menjadi praktik utama dalam merawat kultur demokrasi.
Pola kritik yang membangun tidak boleh lagi ditanggapi dengan suasana curiga. Praktik hoaks dan disinformasi bukan acuan bagi publik yang cerdas. Sirkulasi wacana dan ide represif tidak boleh mendapat dukungan publik.
Seluruh aliran politik, baik nasionalis dan relijius harus dirangkul dalam membangun bangsa ke depan. Politik akal sehat menjadi landasan demokrasi yang indah bagi kita semua.
Dalam hal ini tentu saja elite-elite politik harus memberikan contoh dan keteladanan dalam menjunjung politik akal sehat. Fauzi Bowo dan Agus Harimurti Yudhoyono adalah contoh dari dua generasi yang mengingatkan kita akan teladan politik akal sehat.
Dari Fauzi Bowo kita belajar bagaimana sosok yang tegas, cenderung kaku, memilih menjunjung tinggi akal sehat, secara terbuka menjadi contoh legandaris seorang petahan menerima kekalahan dalam kontestasi politik, bukan hanya memberikan pengakuan kata-kata, Fauzi juga secara kesatria memberikan ruang bagi mantan rivalnya dalam masa transisi untuk menyiapkan programnya, penganggaran dan mendukungnya hingga dalam tataran teknis.