Menakar Pilihan Social Distancing atau Lockdown
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, menilai keputusan social distancing atau menjaga jarak yang dikedepankan pemerintah dinilai lebih baik, ketimbang pilihan lockdown.
Bagi Tauhid, social distancing masih dapat menggerakkan perekonomian berbanding wacana karantina wilayah.
"Paling tidak social distancing masih bisa menggerakkan ekonomi alur barang dan jasa dan masyarakat tetap diberi akses ke berbagai kegiatan ekonomi dengan cara-cara social distancing yakni menjaga jarak 1,5 meter," ujar Tauhid Ahmad di Jakarta, Rabu (18/3).
Social distancing, tambah Tauhid, berbeda dengan lockdown. Social distancing itu isinya mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain dianggap mampu mengurangi kontak tatap muka langsung, seperti menghindari tempat-tempat umum, seperti mall, bioskop, kegiatan olahraga bersama, dan sebagainya,
Namun, lanjut Tauhid, jika kebijakan lockdown diterapkan justru bisa menimbulkan hal dan konsekuensi sebaliknya, di mana pilihan ini justru dapat menjerumuskan Indonesia ke dalam fase krisis ekonomi.
"Konsekuensi penutupan maka kita akan memasuki fase krisis ekonomi, di mana pertumbuhan ekonomi akan drop di bawah empat persen bahkan bisa lebih buruk," kata Direktur Indef itu.
Dia mengambil contoh jika Jakarta yang merupakan pusat segalanya dengan pusat jasa keuangannya menyumbang 45 persen terhadap PDB, dan kemudian menjadi pusat jasa perusahaan yang menyumbang 68 persen juga kepada PDB, lantas diterapkan kebijakan lockdown maka dampaknya sangat besar terhadap perekonomian nasional.
"Saya kira pendekatan social distancing lebih baik dibandingkan lockdown untuk saat ini meski pelaksanaannya harus didukung dan dilakukan oleh kesadaran masyarakat sendiri," kata Tauhid Ahmad.