Mencoba Betangas, Tradisi Mandi Uap Rempah di Pontianak
Rempah-rempah yang digunakan untuk mandi betangas. (Foto: PPIA)
Semua bahan itu direbus dalam wadah. Biasanya menggunakan periuk (wadah berbentuk bulat, pada zaman dahulu periuk digunakan untuk menanak nasi). Rebus sampai mendidih. Jangan lupa bagian atasnya tutup dengan daun pisang beberapa lapis dengan rapat.
Kenapa harus rapat tutupnya? Agar uap air tidak banyak yang keluar. Uap itulah yang nantinya berfungsi untuk menghilangkan bau keringat.
Proses laksananya, calon pengantin duduk di atas kude-kude (di Jawa disebut dengklek). Kude-kude merupakan alas duduk yang terbuat dari papan yang di bagian ujungnya diberi kayu. Di hadapannya diletakkan periuk rebusan rempah-rempah tadi. Kemudian tikar pandan yang sudah digulung diarahkan ke calon pengantin sampai dia masuk ke dalamnya. Bagian atasnya ditutup dengan beberapa lapis kain. Kain ini berperan penting agar hasil betangas menjadi lebih maksimal.
Tugas calon pengantin membuka sedikit saja bagian daun pisang penutup rempah-rempah tadi. Uap dari dalam periuk pun keluar. Aroma wangi pun menyeruak hingga keluar tikar pandan. Calon pengantin kemudian mengaduknya menggunakan saji kayu (sendok yang dibuat dari kayu) secara perlahan sampai uap dalam periuk habis. Kalau menggunakan sendok besi, pasti akan membuat tangan menjadi panas saat memegangnya.
Uap tersebut dipercaya baik untuk tubuh. Itulah kenapa harus menggunakan kain berlapis-lapis untuk menutupi tikar yang digulung. Tujuannya agar uapnya lebih banyak menempel di badan dan keringatpun menjadi lebih wangi.
Selain membuat tubuh menjadi wangi. Tradisi ini juga berfungsi membuang sue (sial). Masih dengan tujuan tersebut, pakaian yang kenakan selama bertangas sebaiknya satu baju dan satu celana saja. Atau kalau perempuan biasanya cukup satu kain yang dikembankan. Pakaian itu nantinya tidak boleh lagi dikenakan, bisa dibuang ke atap rumah, bisa pula dibuang begitu saja.
Usai bertangas calon pengantin di bedak dengan bedak tradisional. Bahan pembuatnya menggunakan pucok ganti mesuik sama pucok daun pandan. “Bahan-bahan itu digiling sama pulot (beras ketan). Sebelumnya pulot direndam sampai halus. Setelah tercampur dibulat-bulatkan lalu dijemor. Ketika ingin membedakannya di kasih air sedikit agar cair. Bedakkan ke seluruh tubuh,” kata Bu Fatimah, tukang tangas yang kerap digunakan jasanya oleh banyak pengantin di Pontianak.