Mengenal Aplikasi Tapaleuk Karya Anak Kupang
“Saat ini pengguna android yang menggunakan aplikasi ini sudah mencapai 1.800 di seluruh dunia. 90 persen di Indonesia, 0,6 persen di Amerika, 0,1 di Singapura, 0,1 di Jepang, 0,1 di Australia, 0,1 di Aljazair dan di negara lain itu ada 0,4 persen. Ini bukan kami yang bikin datanya, tetapi langsung dari Google yang data secara otomatis," sambung Putra yang didampingi Mulyono Subroto.
Para pengguna aplikasi tersebut tidak sekadar mencari informasi, namun diajak untuk menjadi duta bagi daerahnya sendiri dengan menambahkan informasi-informasi baru tentang daerahnya. Putra bahkan mengklaim, aplikasi tersebut lebih lengkap dan lebih representatif dari aplikasi yang digunakan di daerah lain. Sehingga, sangat terbuka kemungkinan untuk ditawarkan ke provinsi lain dengan nama yang berbeda.
“Ini benar-benar untuk membantu daerah kita agar dikenal, dan memudahkan orang luar ketika berkunjung ke NTT. Orang Amerika misalnya, sebelum dia ke NTT, dia sudah tahu, kalau nginap di hotel apa, dia sudah bisa tahu di samping hotel, di depan hotel atau di belakang hotel ada apa," tambah Putra.
Saat ini aplikasi tersebut sudah diperkenalkan ke sejumlah instansi pemerintah serta kalangan muda yang memiliki idiologi yang sama untuk membangun daerah ini. Bahkan Putra menyebutnya sebagai aplikasi ideologi.
"Ada orang Australia dan orang Amerika sempat tawar untuk beli. Tapi kami tidak mungkin jual, karena memang kami punya niat untuk bangun NTT melalui hal-hal seperti ini," katanya yakin.
Dengan kesibukannya di bidang IT, Putra dan kerabatnya menaruh harapan besar bagi para pengguna aplikasi Tapaleuk untuk turut terlibat menjadi cuta bari daerah ini. Dengan begitu, perkembangan teknologi bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, bahkan untuk membantu daerah ini keluar dari ketertinggalan.(*/sam)