Mengenal KH Ahmad Imam Mawardi, Peraih Santri of The Year
Alhamdulillah, setelah terombang-ambing lebih dari 8 jam, perahu yang mereka tumpangi sampai juga di bibir pantai pada pukul 7 pagi.
Dan, kejadian mencekam di tengah lautan itu bukanlah yang pertama dan terakhir.
Dalam kegiatan dakwahnya di pulau-pulau kecil, Kyai Imam kerap menemui hambatan. Seperti saat kapalnya pecah dan hampir tenggelam di lautan saat menuju Kangean. ”Tapi segala tantangan itu jangan sampai menyurutkan semangat untuk menyebarkan kebaikan,” jelas dia.
Kyai Imam merupakan salah satu dai muda yang dimiliki Indonesia. Menempuh pendidikan strata satu dan program doktoral di UINSA, Kyai Imam mendapatkan gelar master dari McGill University Montreal Canada. Sehari-hari, selain berdakwah, pria humoris itu juga menjadi dosen pascasarjana dan Wakil Koordinator Kopertais IV yang membawahi 194 Perguruan Tinggi Islam Swasta se Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Dalam bidang keagamaan, putra almarhum KH Muhammad Hasyim itu mengasuh dua pondok pesantren sekaligus. Pertama, ponpes Bustanul Ulum yang berada di tempat asalnya di Lenteng, Sumenep. Di tempat itu, setiap kali dia mengadakan pengajian, tak kurang dari 6000 jamaah turut hadir.
Ponpes kedua yang dia kelola adalah Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim yang berada di Kebonsari Surabaya. Berdekatan dengan Masjid Nasional Al-Akbar.
Ide Kyai Imam mendirikan ponpes Kota ini tak lain untuk menjangkau kaum urban.