Mengenal KH Ahmad Imam Mawardi, Peraih Santri of The Year
Saat ini, ujar dia, pondok membuka Mts Tahfidz yang fokus pada al-Qur’an dengan segala jenis keilmuannya. Pondok Pesantren ini juga memiliki program yang cocok untuk masyarakat urban, yaitu Pondok Weekend alias kajian akhir pekan.
Kajiannya umum dan bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat kota, seperti 20 Pintu Rezeki, Jalan Darat dan Jalan Langit Menuju Rezeki yang Tidak Disangka-sangka, Menjemput Kematian dengan Senyum, serta masih banyak tema lainnya.
Menurut Kyai Imam, salah satu cara agar dakwah bisa diterima adalah, kepandaian dalam melihat audience. ”Di kalangan kampus, tentu muatan teori dan referensi akademik selalu saya tonjolkan. Kalau di kalangan pengusaha dan perusahaan biasanya saya mengutip buku tentang bisnis sebagai bandingan dengan prinsip Islam. Nah, kalau di masyarakat awam biasanya saya menyelipkan banyak kisah atau cerita yang saya anggap bisa menjadi instrumen menyampaikan pesan.”
Prinsip dakwah menurutnya, mengajak menuju kebaikan dengan cinta, bukan dengan paksa. “Semua yang berubah karena cinta, akan bersifat abadi. Sementara yang berubah karena paksa, akan bersifat sementara dan berubah kembali,” imbuh dia.
Saat ditanya perasaannya tentang penghargaan ini, dengan diplomatis Kyai Imam menjawab, ”Sebenarnya kita tidak berharap penghargaan dari manusia, namun kita harus berterimakasih dan bahagia jika diperhatikan dan dihargai. Hal ini bisa menjadi tambahan stimulan bagi saya untuk terus berdakwah kemanapun,” katanya.
Lantas apa kuncinya menjadi santri sukses? Dia merincinya menjadi empat poin. Pertama, jaga ketaatan ibadah, jaga ketundukan pada guru, jaga kesantunan sosial dengan siapapun, dan terakhir jaga keistiqamahan mengaji.