Mengenal Sosok Mas Pardi, Pendiri TNI AL dan KSAL Pertama
Oleh karena itu, pendidikan perwira pelaut harus terus dikembangkan agar bangsa Indonesia tidak lagi sebatas sebagai awak atau pegawai rendahan (jongos) di kapal.
Hadi menilai kapasitas keilmuan maritim Mas pardi tak diragukan lagi. Hal ini tercermin dari buku-buku yang ditulisnya dan menjadi referensi utama di sekolah-sekolah pelayaran.
Beberapa buku yang ditulis Mas Pardi seperti Kuasailah Lautan Indonesia (1951), Pesawat Navigasi untuk Sekolah Pelayaran (1954), Almanak Nautika (1965), dan Ilmu Pelayaran Datar (1967).
Dr. Dhanang Respati yang juga menjadi narasumber dialog mengungapkan, penggalan-penggalan narasi tentang Laksamana Mas Pardi sudah menyuratkan dengan jelas bahwa tokoh ini bukan orang sembarangan.
Namun demikian, alumnus S3 Sejarah UGM ini mengingatkan untuk harus menyusun narasi yang lengkap dan komprehensif dalam sebuah buku biografi.
Menurut Dhanang, buku tersebut berisi latar belakang sosial budaya sosok Mas pardi, perjuangan dan perannya di berbagai bidang kemaritiman di Tanah Air, dan sejauh mana bobot perannya dalam mengembangkan kemaritiman Indonesia.
Lebih lanjut, perlu juga mengungapkan latar belakang sosial budaya untuk menjawab pencapaian prestasi Laksamana Mas Pardi.
Dhanang menuturkan, berbagai tempat yang menjadi medan bakti Mas Pardi merupakan sumber inspirasi. Sedangkan bobot perjuangannya untuk menentukan kadar perjuangan dan kepahlawanan seorang Mas Pardi.