Mengenang Pahlawan KKO Anumerta Usman Harun Pasca-Pengukuhan KRI
Berharap Ada Tetenger Pengingat Masa PerjuanganDengan wajah mirip peranakan etnis Tionghoa, Harun dengan mudah bergaul di tengah masyarakat Singapura yang mayoritas beretnis Tionghoa. Namun, jiwa dan semangat nasionalis Harus tidak luntur meski sempat bermukim di Singapura.
Sejak masuk dunia militer, dia mendapat tugas khusus bersama Usman dan seorang prajurit Marinir bernama Gani. Dalam misi tugasnya, hanya Gani yang berhasil kembali ke Indonesia.
’’Jangankan museum seperti Museum Usman Janatin bantuan pemerintah Purbalingga. Monumen untuk mengenang perjuangan Harun saja belum ada,’’ keluh Salim.
Tetenger untuk Harun bisa dibilang tidak sebanyak pahlawan nasional lainnya. Sebut saja Bung Tomo yang sudah menjadi nama jalan di berbagai kota dan nama stadion di kawasan Surabaya Barat. Nama Bung Tomo selalu dikenang setiap peringatan Hari Pahlawan.
Sebaliknya Harun. Selama ini perhatian terbanyak hanya dari jajaran Korps Marinir. Peringatan Hari Nusantara 2014 yang melibatkan pasukan yang identik dengan pendaratan amfibi itu sempat mengangkat nama pamannya. ’’Pakde Karwo dan Gus Ipul (gubernur dan wakil gubernur Jatim, Red) saja, seingat saya, belum menginjakkan kakinya di Bawean,’’ kritik Kades yang baru dilantik Februari lalu itu.
Salim yang mewakili ahli waris keluarga merasa iri terhadap apresiasi yang diberikan kepada Usman selaku rekan seperjuangan Harun.
Meski secara kepangkatan di militer Kopral Harun lebih rendah daripada Sersan Usman, sebagai dwitunggal, idealnya mereka mendapat perlakuan sama. ’’Mudah-mudahan dengan menjadi nama kapal perang, setidaknya bisa mengangkat nilai-nilai perjuangan yang belakangan meluntur,’’ harapnya.
Pemandangan berbeda ditunjukkan ahli waris Usman. Mereka datang beramai-ramai. Sedikitnya lima orang hadir mewakili keluarga mendiang anak ketujuh di antara delapan bersaudara itu.