Mengetuk Pintu Langit India dari Mumbai
Sabtu, 19 Februari 2011 – 03:35 WIB
Ketiga, ada kenyataan yang sulit dinalar, tetapi nyata. Indonesia adalah negara muslem terbesar di dunia, tetapi lokmotif pariwisatanya adalah Pula Dewata “Bali” yang berbasis religi Hindu. Sebaliknya, India adalah negara Hindu-Budha terbesar di dunia, tetapi memanfaatkan Taj Mahal sebagai icon pariwisata yang merupakan peninggalan muslem. “Dari situ saja sudah bisa dilihat, peluangnya besar sekali,” pria berkacamata yang berhandicap golf 20 ini.
Ada fakta lain? “Ada dong! India merupakan salah satu negara terpadat dengan jumlah 1,3 miliar manusia. Memiliki industri outbound terbesar di dunia. Lalu 350 juta orang kayanya bepergian ke luar negeri setiap tahunnya. Pemerintah India tak pernah mengeluarkan travel warning dan travel advisory kepada warganya yang hendak bepergian ke luar negeri,” jelas Novie.
Satu hal lagi, kata dia, wisatawan asal India memiliki lama tinggal yang lebih panjang serta pengeluaran yang lebih besar dibandingkan wisatawan dari negeri lain. Memang, keluhan industri wisata, orang-orang India itu termasuk kategori “petinju” maksudnya, kalau sudah memegang uang tangannya menggenggam. Tidak mau bagi-bagi! “Tetapi statistik tahun 2009, pengeluaran wisman India 1.327, 9 USD per kunjungan? Itu termasuk besar! Yang ke Malaysia hanya menghabiskan 680 USD per kunjungan? Singapore juga tak lebih dari 1.080 USD? Justru pesaing kita adalah Filipina, hampir 1.500 USD per kunjungan, tetapi jumlah pengunjung tak pernah lebih dari 5000 wisman per tahun,” tuturnya.