Mengunjungi Pesantren Al-Zaytun bersama Menag, ketika Gencar Dituduh Markas NII
Ada "Paspor" untuk Keluar-Masuk hingga 500 Ribu Pohon JatiKamis, 12 Mei 2011 – 08:08 WIB
Seusai sarapan, Panji Gumilang mengajak SDA berkeliling pesantren, termasuk ke areal penggilingan gabah milik pondok. Selain memiliki sawah dan peternakan sapi dan kambing sendiri, pondok memang memiliki penggilingan padi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi enam ribu santri dan ribuan pegawai setiap hari. "Dalam sehari, beras yang dimasak sampai 3,5 ton. Kami juga masak tiga ekor sapi setiap hari," terangnya.
Dari 1.200 hektare lahan yang dimiliki, hanya sekitar 200 hektare yang digunakan untuk sarana pendidikan. Sisanya digunakan sebagai area pendukung, mulai perkebunan, pertanian, kolam, industri makanan ternak, industri kecil, dan lain-lain. Di areal tersebut tertanam lebih dari 500 ribu pohon jati. Mayoritas telah diijon oleh dermawan dengan harga Rp 5 juta per barang. Lahan pertanian juga ditanami jeruk siam dan jagung manis yang menjadi salah satu sumber pemasukan bagi pondok.
Titik selanjutnya yang disinggahi adalah pusat data santri. Di tempat ini terdapat lima rak buku tinggi yang digunakan untuk menyimpan data santri. Khususnya data laporan perkembangan menghafal Alquran santri. "Pengembangan sekarang, data dimasukkan ke sistem komputer," pamer Panji. Suami Farida al Widad itu mengatakan, santri yang lulus Al-Zaytun minimal harus hafal Juz Amma.