Menjelajahi Sisi Utara Pulau Seram yang Elok (3)
jpnn.com - Perjalanan menjelajahi sisi utara Pulau Seram yang Elok terus kami lanjutkan dengan menyusuri sungai. Tidak seberapa lama, pemandangan unik terpampang di sisi kiri-kanan sungai.
Beberapa lelaki separo baya membelah sebatang pohon sagu. Ada pula yang mengayak tepung basah dan menyaring sisa pembuangan dengan menggunakan perkakas alami.
Sungguh aktivitas tradisional yang sudah sangat jarang ditemui di Kota Ambon. Di situlah dapur pembuatan bahan baku makanan yang mirip lem tersebut dibuat.
Boat kami lantas menepi sekaligus melihat langsung cara pembuatannya. Tidak perlu sungkan dan malu. Sebab, para wate –sebutan Paman dalam bahasa Seram– dengan senang hati mengajari pembuatan sagu manta.
Di dalam perjalanan pulang itulah, tanpa sengaja, seekor buaya sepanjang dua meter berbadan tambun melintas.
''Itu dia, itu buaya. Pelan-pelan. Kasih mati mesin,'' teriak Ahmad.
Namun, rupanya jadwal berjemurnya terganggu oleh kedatangan kami. Sang penguasa sungai tersebut kemudian memalingkan badan dan segera masuk ke sungai.
Setelah itu, kami melaju pulang ke desa untuk beristirahat. Tetapi, sebelum kami benar-benar merebahkan badan, boat harus berlabuh di sebuah pulau berpasir putih tidak berpenghuni.