Menko PMK Temui Syekh Besar Al-Azhar Kairo, Ini Hasilnya
jpnn.com, KAIRO - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani sedang melakukan kunjungan kerja di Mesir. Salah satu agenda dalam kunjungan kerja Puan adalah bertemu Syekh Besar Universitas Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Mohamed al-Tayeb di Kairo, Kamis (26/4).
Agenda dalam pertemuan antara Puan dengan Syekh Ahmad al-Tayeb adalah membicarakan upaya meminimalkan penyebaran paham radikal. Upaya yang ditempuh adalah menghasilkan dai-dai yang menyebarkan Islam moderat.
"Pemerintah ingin mengembangkan kurikulum Islam yang moderat di Indonesia yang dimulai sejak SD hingga perguruan tinggi. Al Azhar bisa berperan aktif dalam pengembangan kurikulum tersebut," ujar Puan sebagaimana siaran pers Kemenko PMK.
Puan dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasinya atas komitmen Universitas Al Azhar Kairo mengirim pengajar dai ke Indonesia dan menyediakan beasiswa untuk para ustaz. Saat ini jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang belajar di Universitas Al Azhar Kairo mencapai 4.600 mahasiswa.
Karena itu Puan juga menyampaikan rasa bangganya. “Banyak alumni Al Azhar menjadi tokoh masyarakat saat kembali ke Indonesia,” ujar Puan yang didampingi didampingi Dubes RI untuk Mesir, Helmy Fauzy dan Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK R. Agus Sartono.
Puan juga menyampaikan undangan untuk Syeikh Ahmad al-Tayeb untuk berkontribusi dalam pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Pemerintah RI akan membangun universitas yang bakal mengembangkan Islam moderat itu di lahan seluas 142,5 hektare di Depok, Jawa Barat.
Menurut Puan, UIII akan membutuhkan tenaga pengajar yang kompeten sehingga pemerintah membuka peluang melakukan kerja sama dengan para ulama untuk ikut mengembangkannya. Pemerintah, lanjutnya, mengharapkan universitas itu menjadi pusat kajian Islam internasional dan tempat mempelajari peradaban Islam bagi mahasiswa dari dalam dan luar negeri.
Sedangkan Syeikh Ahmad al-Tayeb menyinggung tentang pentingnya memantai mahasiswa agar terhindar dari pengaruh kelompok radikal yang menyimpang. Saat ini terdapat 607 mahasiswa asal Indonesia yang tinggal di luar asrama Universitas Al Azhar.