Menpar Ingin Garuda Indonesia Lebih Agresif Lagi
Sementara itu, Tengku Erry Nuradi, Gubernur Sumatera Selatan yang menjemput rombongan penerbangan perdana Garuda di Kualanamu mengaku senang dengan rute itu. Dia meminta agar Garuda menambah lebih banyak lagi direct flight ke Medan, karena kapasitasnya masih sangat besar dibandingkan dengan jumlah penerbangan internasional yang ada.
“Dulu tahun 90-an, penerbangan dari Eropa langsung ke Polonia Medan, baru lanjut terbang ke Denpasar Bali. Dulu saja bisa, masak sekarang nggak bisa?” kata Erry Nuradi.
Menurut Erry, penerbangan Singapura-Kualanamu oleh Garuda itu memang sudah seharusnya ada. Karena wisatawan asal Singapura merupakan negara kedua terbanyak ke Sumut, setelah wisatawan asal Malaysia. “Terima kasih Garuda, terbang kembali dan membawa lebih banyak wisman ke tanah Sumatera Utara, yang diharapkan bisa menghidupkan ekonomi daerah kami,” jelas Gubernur.
Memang, jika dilihat dari data, jumlah wisman ke Sumut cenderung turun dalam 2 tahun terakhir. Mengapa? “Ini salah satunya karena aktivitas vulkanik Gunung Sinabung yang sering erupsi, dan mempengaruhi penerbangan,” jelas Rizky Handayani, Asdep Pengembangan Pemasaran ASEAN yang turut mendampingi Menpar Arief Yahya.
Lebih jauh, Menpar Arief Yahya tetap memberikan apresiasi yang tinggi kepada Garuda Indonesia yang terus berusaha membuka rute-rute baru baik internasional maupun domestik untuk membangun akses wisatawan mancanegara. Seperti rute Denpasar - Shanghai, Jakarta - London, Kuala Namu - Singapura, Jakarta – Silangit - Pinangsori, Pontianak - Sintang, Surabaya – Makassar - Jayapura dan penambahan frekuensi penerbangan untuk rute Surabaya - Banyuwangi.
Dari perspektif pariwisata, Indonesia masih butuh pintu akses lebih banyak lagi untuk mengalirkan wisman. Sedikitnya ada beberapa strategi yang akan diterapkan untuk membangun akses itu, yaitu: Membangun jembatan udara (airbridge), untuk: Menjemput wisman dari pasar utama, contohnya: second tiers cities di Tiongkok dan India, yang masih kosong. Begitupun pasar utama Eropa yang bolong.
Kedua, memancing wisman dari kolam ikan tetangga, istilahnya memancing di kolam yang banyak turisnya. Misalnya: Singapore, Malaysia, Thailand dan Hongkong. “Tinggal mempromosikan Bebas Visa Kunjungan (BVK) ke Indonesia, langsung dari negara tujuan wisata mereka,” katanya.
Ketiga, memanfaatkan Hub internasional yang memiliki jaringan kuat dan luas. Seperti, Singapura, Kuala Lumpur, Dubai, Doha, Abu Dabhi dan Hong Kong.(ray/jpnn)