Mentan Optimistis Capai Swasembada Gula 2019 Melalui Pemanfaatan Lahan Rawa
Menurutnya, jika semua pabrik gula ini bergerak atau optimal produksi gula, maka di tahun 2019 untuk gula putih (white sugar) bisa swasembada. Sementara gula rafinasi paling lambat swasembada dapat diwujudkan 5 tahun ke depan dari sekarang.
"Kami fokus mendorong tebu. Kami dorong investasi di bidang gula. Sudah ada 4 pabrik gula yang jalan. Kalau ini bergerak semuanya, tidak ada lagi cerita impor," ungkapnya.
Amran menyebutkan Kebutuhan gula putih Indonesia mencapai 2,7 juta per tahun atau 225 ribu ton lebih per bulan. Kemudian kebutuhan gula rafinasi untuk industri 3 juta ton per tahun sehingga total kebutuhan mencapai 5,7 ton per tahun. Sementara produksi nasional bergerak 2,2 sampai 2,6 juta per tahun.
"Untuk itu, dengan adanya pemanfaatan lahan rawa untuk tanam tebu, produksi gula dalam negeri akan meningkat dan impor semakin berkurang bahkan kita stop impor. Kita bisa lakukan ekspor," tegasnya.
Lebih lanjut Amran menekankan pemerintah tidak hanya fokus pada peningkatan produksi melalui pengembangan pabrik gula. Akan tetapi, meningkatkan juga pendapatan petani dengan menjaga stabilitas harga jual tebu.
"Pabrik kita bangun, kami pun tetap jaga harga tebu petani sehingga pendapatan petani meningkat. Harga tebu petani telah diatur oleh Harga Patokan Perintah. Sehingga, pengembangan pabrik gula merupakan upaya untuk memotong rantai pasok agar harga gula di pasaran stabil," tegasnya.
Wakil Bupati Ogan Komering Ilir, Muhammad Rifa'i mengungkapkan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terluas di Sumatera Selatan yang 75 persen merupakan lahan rawa. Untuk itu, pemerintah Ogan Komering Ilir sangat mendukung kegiatan investasi di bidang tebu.
"Dengan potensi lahan rawa yang sangat luas kami miliki, kami dukung penuh tujuan pemerintah pusat bersama investor untuk dimanfaatkan tanam tebu," demikian ungkapnya.