Menteri Muhadjir: Pemindahan Ibu Kota Ubah Paradigma Jawa Sentris jadi Indonesia Sentris
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan salah satu maksud dan tujuan pemindahan Ibu kota negara adalah untuk mengubah paradigma dari Jawa Sentris atau Jakarta Sentris menjadi Indonesia Sentris. Oleh karena itu, dalam pemindahan ibu kota ini nantinya tidak akan menjadi sentris baru, seperti Kalimantan Sentris atau Kalimantan Timur Sentris.
“Konsep Indonesia Sentris adalah untuk memperkecil ketimpangan spasial antara wilayah Indonesia yang sangat tajam. Antara Indonesia bagian barat, dan timur. Dengan adanya pemindahan ibu kota ini akan menjadi penyeimbang antara poros barat dan poros timur. Pada akhirnya nanti timur akan mengejar ketertinggalannya dari barat,” ujar Muhadjir, Minggu (17/11).
Dia melanjutkan desain pemindahan ibu kota harus memerhatikan keseimbangan tersebut termasuk pilihan mengenai pemindahan kantor pemerintahan. Apakah dikonsentrasikan di Kalimantan Timur atau menyebar merata di beberapa wilayah. Dan pilihan tersebut harus dihitung secara cermat konsekuensi jangka panjangnya. Bila perlu harus ada simulasi berbagai macam maksud yang dikehendaki.
“Artinya niat utama pemindahan ibu kota itu nantinya malah menghasilkan hal yang sebaliknya," ungkapnya.
Dalam pemindahan ibu kota, lanjut Muhadjir, pendekatan yang harus dikembangkan adalah pendekatan generatif dalam tata wilayah. Bukan sifatnya menghisap yang nantinya akan menghasilkan pusat konsentrasi baru yang berdampak kompleks seperti yang dialami DKI Jakarta.
Efek parisitis yang menghisap wilayah-wilayah sekitar ibu kota sehingga membuat ketidakberdayaan baru harus dihindari. Oleh karena harus diperhitungkan betul asas dekonsentrasi terhadap kota-kota yang berada di sekitar pembangunan ibu kota baru tersebut.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah sebenarnya pemindahan ibu kota diarahkan ke mana? Apakah sebagai Ibu kota negara, ibu kota pemerintahan, atau pusat perniagaan, atau sebagai pusat destinasi budaya. Itu harus dirumuskan betul dan dibuat pilihan yang tegas karena itu akan berimplikasi terhadap masa depan Jakarta,” pungkasnya.(esy/jpnn)