Menunggu 2 T
Tentu saya tidak langsung percaya –meski pun kepada saya di-copy-kan percakapan WA yang menyebut angka Rp 16 triliun itu.
Mengapa saya tidak percaya?
Karena, angka Rp 16 triliun itu disebut-sebut terkait dengan tagih-menagih utang. Sang anak ditagih. Yang menagih seorang dokter. Nilai tagihan Rp 3 miliar. Yang ditagih minta mundur terus. Sambil mengatakan ada uang di Singapura Rp 16 triliun.
Si teman percaya uang itu benar-benar ada. Ia pernah ikut menemani si anak ke Singapura. Mengurus uang tersebut. Ada.
Karena itu ia berani meminjami uang sampai Rp 3 miliar. Agar urusan menarik warisan sang ayah bisa segera terwujud. Si anak berjuang tidak mengenal lelah untuk mengurus warisan itu. Bertahun-tahun. Dengan biaya yang besar.
Aki adalah orang kaya lama. Dengan gaya lama pula –tidak mau menunjukkan kekayaannya. Ia punya usaha di mana-mana. Tentu dengan banyak partner luar negeri. Itu yang membuat urusan bertambah panjang.
Hari-hari esok adalah hari penuh harapan: uang Rp 2 triliun tersebut siapa tahu benar-benar datang. (*)