Menurut Prof Jimly, Kacau Kalau Partai, Istana Harus Turun Tangan Mengatasi Habib Rizieq
- Bagaimana tanggapan Prof Jimly terkait kepulangan Habib Rizieq, yang tadi dibilang fenomena langka. Masalahnya tidak selesai-selesai?
Intinya, ini kan harus ada penyelesaian. Ini kan akibat polarisasi politik pascapilpres dan pascapilgub yang belum selesai.
Ini juga dialami sekarang di politik rasialis, politik identitas, ini kan di mana-mana terjadi di seluruh dunia sekarang. Termasuk di Amerika.
Kalau dua kubu di Amerika kan sudah biasa, sudah dua abad, tetapi sekarang diwarnai oleh rasial, SARA, dan sudah menimbulkan korban, Floyd (George Floyd-red) di Amerika, dahsyat itu.
Nah, sekarang, kita sudah pernah mengalaminya dan sudah sekian tahun ini belum selesai-selesai.
Tetapi saya khawatir, kalau ternyata di Amerika ini cepat selesai, karena, baik dan sebelum dilantik jadi presiden (pemenang Pilpres Joe Biden) sudah mengumumkan dia akan bekerja sebagai presiden, bukan presiden Blue States ataupun Red States (pendukung Demokrat dan Republik-red), tetapi dia United States. Maka dia bekerja untuk unifying -menyatukan, dan healing -menyembuhkan. Kan itu dia bilang.
Memang, saya khawatir kalau kita tidak segera menyelesaikan masalah yang berlarut-larut yang tercermin dari adanya gerakan Habib Rizieq ini. Habib Rizieq ini kan sudah bertahun-tahun ini enggak selesai-selesai masalahnya kan.
Nah, misalnya begitu, saya cuma membandingkan saja, dalam dua, tiga tahun ke depan Amerika selesai (masalah politik identitasnya-red), kita belum juga selesai, padahal kan sudah bertahun-tahun. Ini kan bikin malu. Itu saja.