Menurut Prof Jimly, Kacau Kalau Partai, Istana Harus Turun Tangan Mengatasi Habib Rizieq
Saya pikir perlu, dan ini harus diprakarsai dari atas.
Jadi, para pejabat jangan hanya retorika, lalu jawab jinawab, mencari argumen-argumen yang sifatnya defensif, enggak mau disalahkan. Jangan begitu.
Sambil saling menyerang, kata dilawan dengan kata, ya kan. Pembenci dibungkam dengan pencinta, pencinta dikeroyok oleh pembenci. Ini retorika semua. Maka ruang komunikasi publik kita penuh dengan kebencian.
Jadi kalau dari atas tidak turun, itu para buzzer, para pencinta, para pembenci, itu merasa dapat dukungan. Maka teruuus saja mereka kuyo-kuyo di media, video-video yang sifatnya misalnya kayak Firza (Firza Husein-red) tempo hari padahal itu sudah terbukti hoaks, itu diungkap lagi untuk saling memojokkan.
Padahal, maksudnya itu kan untuk mendukung pemerintah, tetapi kalau pemerintahnya diam saja, artinya dibenarkan. Maka makin banyak itu yang menyerang. Nah, semakin rusak komunikasi publik kita.
Maka, mungkin enggak rekonsiliasi itu diprakarsai lah dari atas (pemerintah-red). Caranya banyak, mudah ini sebetulnya. Ini kan soal komunikasi, saling mendengar.
Kata Imam Syafi'i, separuh pikiranmu ada di saudaramu. Jadi, jangan mempersepsi kebenaran dalam diri kita sendiri-sendiri. Atau diri kita, kelompok kita, seperti grup WA begitu. Jadi kita mempersepsi kebenaran dalam grup WA kita masing-masing. Mari dengar grup sebelah, begitu lho.
Itu kunci dari usaha untuk me-healing dan reconsiling. Upaya untuk rukun damai, healing menyembuhkan, dan merekonsiliasi.