Menurut Rektor IPB, Pemikiran Menteri Amran Radikal
“Tentunya, dana sebesar itu akan lebih berguna jika dialokasikan ke program-program peningkatan kesejahteraan petani dan perekonomian nasional bukan?," imbuhnya.
Kemudian, menurut Erick, hanya dalam waktu 3 tahun saja, arah angin itu berbalik. Indonesia sekarang menjadi negara pengekspor jagung. Eksportir dalam artian urusan kebutuhan jagung nasional sudah terpenuhi. Memang, selama 2011-2015 Indonesia sudah melakukan ekspor jagung.
Tetapi yang berbeda dengan ekspor sekarang adalah ada ketimpangan nilai impor dan ekspor pada saat itu, alias defisit berat. Rata-rata ekspor jagung Indonesia saat itu hanya 24 ribu ton, sedangkan impornya rata-rata 2,50 juta ton. Bandingkan dengan data tahun ini saja, sejak Maret Indonesia sudah ekspor 60 ribu ton jagung asal Sulawesi Selatan ke Filipina.
“Usaha memutarbalikkan fakta dari importir ke eksportir ini tidak mudah. Pemerintah mesti jeli memperbaiki beberapa sektor secara berbarengan, dari meratakan persebaran produksi, distribusi, menjaga tren positif harga jagung. Dan juga harus berurusan dengan saudara kita sendiri yang tak bangga negaranya jadi eksportir," pungkasnya.(jpnn)