Menyaksikan secara Langsung Pembebasan Aung San Suu Kyi
Leluasa Bergerak karena Disangka Orang MyanmarSenin, 15 November 2010 – 07:37 WIB
Saya masuk ke Yangon pada Senin malam, 8 November 2010. Tepatnya sehari setelah pemilu Myanmar. Sengaja saya cantumkan jadwal keberangkatan saya sehari setelah pemilu saat mengajukan visa. Tujuan saya, pihak Kedutaan Besar Myanmar tidak mencurigai saya akan meliput pemilu yang baru pertama dilaksanakan setelah 20 tahun terakhir tersebut. Pun, memang pemilu itu sudah tidak menarik lagi karena semua peraturannya direkayasa untuk mempertahankan kekuasaan militer di negeri tersebut.
Menurut pihak KBRI di Yangon, saya adalah satu-satunya wartawan dari Indonesia yang datang ke Yangon pada momen pembebasan Aung San Suu Kyi itu. Tempat pertama yang saya tuju adalah Kantor NLD di Jalan Shwe Gone Dine, yang hanya berjarak 1 km dari pagoda terbesar di Myanmar, Shwedagon. Awalnya, saya ragu untuk datang ke kantor partai yang dibubarkan oleh junta militer karena memboikot pemilu tersebut. Semua guide maupun sopir taksi menolak mengantar karena takut. "Saya bisa masuk penjara gara-gara mengantar Anda," kata Tint Lwin, salah seorang sopir taksi di Yangon.
Rabu (10/11), saya mendatangi kantor tersebut. Suasana kantor itu masih sepi, juga tidak ada pengurus NLD yang bisa ditemui. Baru keesokan harinya (11/11), suasana kantor mulai ramai. Persiapan untuk menyambut pembebasan Suu Kyi mulai dilakukan. Pun, di kantor itu saya bertemu langsung dengan Sekjen NLD Wen Tin.