Merampok Setelah Baca Buku Abu Bakar Baasyir
Bahkan, jaringan itu memiliki rangkaian termasuk gembong teroris Poso, Sulawesi Tengah, Santoso yang merupakan anak buah Abu Roban. Santoso diduga mengendalikan pelatihan-pelatihan teroris di wilayah timur maupun barat.
"Dan sel ini seolah memiliki kemampuan, mereka bergerak sendiri-sendiri bahkan ada doktrinasi," katanya.
Sutarman mengimbau kepada alim ulama maupun tokoh masyarakat untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa melakukan perampokan untuk membiayai operasional teroris itu tidak benar. "Saya kira di agama manapun tidak dibenarkan. Oleh karenanya ita juga harus bisa menyampaikan," ungkapnya.
Sutarman mengatakan kelompok teroris di Indonesia dulu memang dibantu dana-dana dari kelompok teroris internasional. "Itu sudah bisa kita kurangi," katanya.
Namun, katanya, karena melakukan aksi teror membutuhkan anggaran maka mereka mendapatkannya dengan cara merampok.
Awalnya, lanjut Sutarman, kelompok teroris itu ragu-ragu merampok. Namun, lanjutnya, setelah ada buku Tadzkirah karya Abu Bakar Baasyir maka kelompok itu tidak ragu-ragu.
"Supaya merampok itu mendapat legalisir dan ada bukunya Abu Bakar Ba'asyir yang berjudul Tadzkirah yang mengatakan bahwa merampok untuk kepentingan itu dihalalkan. Itu ajaran dari mana? Itu yang harus kita pertanyakan. Saya kira seluruh bangsa Indonesia harus mempertanyakan," imbuh Sutarman. (boy/jpnn)