Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Merokok di Jalan saat Ramadan, Langsung Ditegur

Jumat, 17 Juni 2016 – 00:09 WIB
Merokok di Jalan saat Ramadan, Langsung Ditegur - JPNN.COM
Kampung Tabanga terletak di Kecamatan Pulau Ternate. Foto: Malut Pos/JPNN.com

”Sehingga selain lahir dalam keberagaman, Kesultanan Ternate juga terus memupuk multikulturalisme itu,” tutur Sahril yang juga dosen di Universitas Khairun Ternate. 

Sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk, Kerajaan Ternate menempatkan diri sebagai sebuah negara. Hal ini berarti Ternate wajib menerima semua orang, kelompok, suku, bahasa, dan etnik mana pun. 

”Syarat sebuah negara adalah harus menerima semua perbedaan. Dan itu menjadi keunggulan Kerajaan Ternate yang sangat terbuka terhadap semua suku bangsa yang datang,” sambung Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Malut itu.

Ketika Sultan Baabullah mengusir bangsa Portugis dari Ternate, semangat fisabilillah (berjuang di jalan Allah) yang ia kobarkan. Meski begitu, sang Sultan meletakkan Alquran di tangannya sementara tangan kirinya mengajak pemeluk agama nonmuslim untuk mengembangkan agamanya di Ternate. ”Sepanjang agama tersebut tidak bertentangan dengan nilai kemanusiaan,” terang Sahril.

Prinsip Baabullah diteruskan oleh para penggantinya. Hingga pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muhammad Djabir Sjah (1929-1975), para pendatang dari Tobaru yang beragama Nasrani diberi tanah untuk dijadikan pemukiman. Lokasi di lereng Gunung Gamalama ini kemudian diberi nama Tabanga. ”Tabanga sendiri dalam bahasa Ternate berarti kampung di lereng gunung atau hutan,” ujar Sahril.

Menurut cerita turun-temurun, lokasi Tabanga oleh Sultan kepada tujuh bersaudara bermarga Tuanger. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal komunitas Tabanga yang masih eksis hingga saat ini. 

”Waktu itu tahun 1947. Nenek moyang kami beragama Nasrani dan berasal dari Halmahera Barat,” tutur Welem Tuanger, Ketua Dewan Adat Tabanga.

Komunitas nonmuslim ini awalnya mengabdikan diri kepada Sultan sebagai abdi kerajaan. Mereka mencari ikan dan bertanam sagu, serta menjadi pengawal di kerajaan. Hasil panen kerap diberikan ke Kesultanan sebagai bentuk upeti. Sebagai balasannya, Kesultanan memberikan lahan untuk tinggal dan memperluas kebun. 

KESULTANAN Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua dan terbesar di nusantara. Namun kerajaan ini juga menganut prinsip keberagaman. Tabanga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News