Misteri Hilangnya Arsip Negara
Kami berdua disuruh duduk dan tidak lama kemudian rombongan laki-laki datang dari arah ruangan lain memasuki ruangan di mana kami sedang duduk.
Lantas mereka disuruh duduk di atas lantai dengan masing-masing kedua tangannya ditaruh di belakang kepala.
Saya sangat kaget dan cemas karena para militer tersebut memperlakukan mereka sangat kasar bahkan bajunya pun sudah penuh dengan lumuran darah dan juga tidak bersepatu.
Mereka menceritakan pengalamannya bahwa malam harinya ketika mereka sedang tidur nyenyak tiba-tiba masuk sekelompok orang berpakaian hitam secara mendadak menghampirinya langsung memukuli serta menyiksanya sambil berteriak-teriak "Komunis".
Suatu kali kami berdua dipindah ke gedung lain tapi masih tetap di dalam kompleks KODAM V Jaya. Mengenai rekan laki-laki lainnya, kami sudah tidak tahu lagi nasibnya. Gedung yang kami tuju sangat mendapat penjagaan ketat dan bersenjata.
Ketika kami memasuki ruangan, ternyata di situ sudah ada tawanan para pimpinan perempuan, antara lain ketua umum GERWANI Umi Sardjono, anggota pimpinan pusat BTI (Barisan Tani Indonesia) Dahliar dan tiga anggota perempuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) seperti Mudigdo, Salawati Daud dan Kartinah.
Ke 5 tokoh perempuan tersebut ternyata ditangkap ketika Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing (KIAPMA) sedang berlangsung, yang diadakan di Jakarta tanggal 17 Oktober 1965.
Masih ada seorang perempuan lain di mana sebelumnya tidak pernah saya kenal. Dia perlakuannya agak aneh karena setiap malam hari berteriak-teriak, juga di setiap siang harinya ngomong tidak karuan bahkan terkadang tertawa sendiri tanpa sebab.