Misteri Hilangnya Arsip Negara
Sekitar 3 hari kemudian, saya dan Tini dibawa kembali menuju gedung LIDIKUS. Lima Ibu-ibu lainnya juga diikut sertakan bersama kami.
Pada waktu yang sama saya mendapat surat pemecatan sebagai pegawai ANTARA dan juga dicantumkan pernyataan tidak berhak menerima tunjangan hari tua.
Desember 1965. Saya, Tini dan 5 ibu-ibu lainnya dipindahkan ke penjara Bukit Duri di Kampung Melayu. Dengan pemindahan ini saya merasa bahwa penahanan terhadap kami akan berlangsung lama.
***
Begitulah Ratih Miryanti, puteri kelima Rusyati membacakan senarai catatan ibunya dalam acara Peringatan 100 tahun Djawoto yang bertajuk "Perjuangan Wartawan Indonesia untuk Kemerdekaan Nasional, Kebebasan Pers dan Demokrasi”, di Amsterdam, 23 September 2006.
Sekadar catatan, dari penjara Bukit Duri, Rusiyati dikirim ke penjara Plantungan. Pada 1975 dipindahkan ke penjara Bulu, Semarang untuk dimasukan ke kamar isolasi selama 2 tahun. Mantan wartawan ANTARA itu dibebaskan bersyarat pada 1978.
Sayang...ANTARA
Pekan lalu, bersama sekondan lama, saya dikawani Ade P Marboen, editor ANTARA ke Galeri Foto ANTARA. Semangatnya, bertualang ke masa lampau, ke zaman Bersiap, ke zaman Revolusi Belum Selesai, melalui foto-foto bersejarah di kantor berita itu.