Modal Habis Rp 30 Juta, Karya Tak Laku-Laku
jpnn.com - Menekuni dunia batik bisa dibilang cukup lama. Bahkan pahit getir pun pernah dirasakan. Itulah Agus Nur Asikin, pemilik Batik nAnom Magelang.
FRIETQI SURYAWAN, Magelang
PADA awalnya, Agus pernah ingin menyudahi bisnis batiknya. Sebab, dirinya sudah mengeluarkan uang cukup banyak untuk modal. Namun, pada awalnya ia pernah mengalami tidak laku dijual. Kini, Agus bisa menikmati hasilnya, setelah bertarung melawan kesulitannya tersebut.
Agus mengisahkan bahwa hal yang melatar-belakangi mendirikan Batik nAnom Magelang adalah saat melihat ibu-ibu di sekitar rumahnya setiap hari hanya duduk-duduk dan menonton televisi. Kebetulan, ia memiliki peternakan ayam sehingga dari pagi sampai sore tidak di rumah.
”Saya pasti titip kunci rumah pada tetangga depan rumah saya. Waktu itu, pukul 11.00, saya sadar ada barang yang ketinggalan di rumah dan harus pulang. Eh, tahu-tahunya ibu-ibu yang tadi pagi ngumpul saat saya berangkat kerja, jam segitu masih di situ. Mereka asik nonton sinetron,” ungkap Agus kepada Radar Jogja.
Menurut Agus, waktu ibu-ibu tetangganya itu terbuang sia-sia. ”Dari tadi pagi itu nggak pindah-pindah, bu? Mereka menjawab, ‘lha kasih kami pekerjaan tho pak, yang nggak usah pindah-pindah dari kampung ini’,” ucap Agus
Kebetulan, media tengah ramai-ramai membahas batik Indonesia yang diakui UNESCO. Membaca peluang itu, ia bertekad mengubah garasinya menjadi tempat pelatihan membatik.
”Saya punya uang Rp 30 juta. Saya ajak para ibu-ibu ikut pelatihan membatik. Pelatihnya saya datangkan dari Ambarawa, Solo, Jogjakarta, dan Pekalongan. Semua gratis. Selebihnya saya gunakan membeli bahan-bahan dan peralatan untuk membatik,” paparnya.