Moderasi Religi Jadi Kunci Membangun Kohesi di Tengah Keberagaman
jpnn.com - Guru besar Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika menilai agenda stabilitas ekonomi-politik di Indonesia tergantung dari kohesi atau keserasian hubungan antar warga negara terkait seberapa jauh toleransi atas perbedaan.
"Apabila tidak mampu membangun kohesi di tengah keberagaman maka instabilitas akan tercipta sehingga ekonomi-politik akan ambruk. Karena itu dibutuhkan moderasi religi di Indonesia," kata Ahmad Erani dalam webinar bertajuk "Situasi Politik di Afghanistan dan Gerakan Radikal-Teroris di Indonesia" yang diadakan The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution (CICR), Selasa (24/8).
Dia menilai penting menerapkan prinsip moderasi beragama yaitu cara pandang dalam memeluk agama secara moderat sehingga dapat terbangun sikap toleran atas pandangan yang berbeda.
Menurut dia, cara pandang yang toleran tersebut diperlukan untuk melihat perbedaan yang ada di intra maupun antar-agama di Indonesia.
"Lalu perlu menghargai tradisi lokal, ini penting karena Indonesia dibangun di tengah keberagaman etnis, suku, dan agama," ujarnya.
Ahmad Erani menilai tanpa ada moderasi religius tersebut maka bangunan-bangunan yang sudah dimiliki dan akan dikembangkan bangsa Indonesia, tidak ada pijakan kuat.
Dalam diskusi tersebut, Kepala Badan Ops Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan kemenangan Taliban saat ini dapat menarik kelompok radikal dan teroris internasional (FTF) dari seluruh dunia untuk berangkat ke Afghanistan.
Dia menilai Afghanistan akan dijadikan medan perang dengan propaganda bahwa Taliban merupakan representasi dari kelompok yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di akhir zaman.