Mualaf Ahmadiyah Dijamin Pusat
Selasa, 18 Juni 2013 – 09:27 WIB
Di hadapan Presiden, Suryadharma bercerita pengalamannya yang bisa menjadi pelajaran ketika berada di Thailand. Saat waktu kosong, Ia sengaja ke sebuah kuil besar. Iapun foto-foto di depan patung Buddha. Bentuk patungnya tidak pakai baju, perutnya gendut, pusernya kelihatan, kepalanya botak.
“Kemudian lewatlah seorang maha biksu. Saya bertanya, kalau patung itu dipakaikan baju, itu penghinaan bukan. Kata biksu itu penghinaan. Saya bilang setuju. Terus saya tanya kalau kepala patung yang botak saya pakaikan peci, penghinaan bukan. Jawaban biksu pun sama. Saya pun setuju kalau itu adalah penghinaan,” tandas Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Artinya siapapun harus menghormati dan memuliakan agama apa adanya. Agama Buddha tidak mau kepala patung Buddha-nya dipakaikan peci. Disebut Buddha karena begitu adanya. Pun tidak bisa disebut Islam kalau nabinya bukan Muhammad SAW, kitab sucinya bukan Alquran. Ingat, tiap pencetakan dan penggandaan Alquran diteliti satu prsatu. Jika satu kata saja berbeda, maka tidak bisa disebut Alquran. Apalagi beda sekalimat.