Muhammad Zuhdi, Tokoh Penting di Balik Tayangan Serial 'Jalan Sesama'
Selalu Lakukan Riset terhadap Anak-Anak untuk Menilai Kualitas TontonanTapi, setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa anak usia 3–6 tahun sebagai sampel, Zuhdi tercengang. Ternyata, anak-anak tidak menyerap pesan belajar huruf P. Sebaliknya, mereka seperti mendapat wejangan bahwa boleh membuang sampah sembarangan. Akhirnya, Zuhdi bersama tim kreatif mengolah kembali adegan tersebut.
Dia menjelaskan, pengerjaan Jalan Sesama berbeda dari serial-serial umumnya. Terutama sinetron. Menurut dia, setelah beberapa episode Jalan Sesama diproduksi, dirinya dan tim langsung mengadakan penelitian atau riset formatif.
Riset tersebut dilakuan untuk menguji apakah pesan-pesan atau muatan pendidikan tersampaikan kepada pemirsa. Selain itu, Zuhdi menguji seberapa kuat tayangan tersebut. ’’Intinya, pertanyaan anak itu suka atau tidak harus terjawab. Jika sudah tidak suka, percuma ditayangkan,’’ tegas suami Sri Wijayaningrum tersebut.
Secara teknis, riset itu melibatkan 20–30 anak dari kelas ekonomi yang beragam. Mereka ditempatkan dalam satu ruangan untuk menonton salah satu episode Jalan Sesama. Dalam ruangan tersebut, anak-anak benar-benar bebas. Tidak ada intervensi dari orang tua atau guru. Mereka bebas, apakah mau menonton Jalan Sesama atau tidak. Menurut Zuhdi, jika anak-anak tertarik, berarti tayangan sudah baik. Jika pesan-pesan yang ingin disampaikan sudah dipahami anak, tayangan itu pun siap ditayangkan di televisi.
Zuhdi lantas menceritakan, awal keterlibatan dirinya dengan produksi Jalan Sesama dimulai pada pengujung 2006. Saat itu, dia sedang merampungkan kuliah doktoral di McGill University, Kanada. Dia mendapat informasi bahwa Sesame Street bersiap mengembangkan sayap di Indonesia. ’’Saat itu, ada kesempatan bagi para ahli pendidikan,’’ kenang Zuhdi. Dia pun mengirimkan lamaran dan akhirnya diterima.
Sebelum memulai proses produksi untuk musim pertama, kata Zuhdi, dirinya sempat melakukan riset di beberapa pulau besar di Indonesia. Riset itu diperlukan untuk mengetahui potensi serta kebiasaan sasaran tayangan Jalan Sesama.
Selain itu, riset tersebut digunakan Zuhdi untuk lebih menghidupkan beberapa karakter Jalan Sesama. Contohnya, untuk menghidupkan karakter Tatan, si orang utan, dia dan timnya meluncur ke Sumatera guna mengetahui langsung perilaku orang utan.
Pascariset lapangan tersebut, Zuhdi menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari beberapa kali seminar. Salah satu seminar itu diikuti unsur guru, ahli pendidikan, pemerhati pendidikan, orang tua siswa, dan unsur-unsur lain. Tujuan seminar tersebut, Zuhdi mendapat masukan ide-ide dan gagasan pesan pendidikan yang bakal ditanamkan di Jalan Sesama.