Mulyono si Penggembala Lebah Madu, Raup Rp 24 Juta Sekali Panen
Mulyono mengaku pada awalnya berternak lebah di wilayah Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Dengan harapan usaha ternak lebahnya dapat lebih berkembang, dia lantas berinisiatif pindah. Pilihannya jatuh ke Desa Pematangpasir, Ketapang, Lampung Selatan (Lamsel).
Namun ternyata di tempat baru itu, lebah-lebah peliharaannya malah berkurang. Madu yang dihasilkan juga kurang berkualitas. Hal ini jelas membuat usahanya mengendur.
Selidik punya selidik, ternyata lebah-lebah itu kekurangan nutrisi. Wilayah Ketapang yang banyak ditanami jagung dan padi rupanya tak cocok untuk perkembangan lebah.
”Setelah saya pelajari ternyata lebah-lebah ini bagus apabila mereka menghisap nektar dari bunga tanaman karet, kelapa dan bunga akasia,” ujarnya.
Mulyono lantas memutar otak guna menyiasati kondisi itu. Akhirnya, dia berinisiatif mengembangbiakkan lebah-lebahnya dengan cara menggembala atau dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah ngangon.
Tak tanggung-tanggung, Mulyono menggembala lebah peliharaannya hingga ke Lampung Barat dan Mesuji.
Tempat itu dipilih hanya untuk mencari perkebunan karet dan hutan yang masih perawan.