Munir
Oleh: Dhimam Abror DjuraidJangan-jangan Harun Masiku memang sudah benar-benar dihilangkan nyawanya, seperti Widji Thukul dan kawan-kawan.
Kasus-kasus korupsi bisa hilang, data presiden bisa hilang dicuri orang dan disebarkan di media sosial. Pantas saja muncul pertanyaan mengenai profesionalisme para aparatur negara.
Pantas saja muncul kecurigaan terhadap keseriusan negara dalam menangani problem-problem serius, seperti korupsi dan pembunuhan politik.
Kasus Munir menjadi bagian panjang dari daftar pembunuhan politik yang tidak terungkap.
Di Yogyakarta, seorang wartawan yang jujur dan sederhana mati terbunuh pada 1996. Wartawan itu, Fuad Muhammad Sjarifuddin, atau dikenal sebagai Udin, didatangi seorang laki-laki di rumahnya di Parangtritis. Laki-laki itu menghajar Udin habis-habisan sampai Udin pingsan.
Udin dilarikan ke rumah sakit, dirawat selama empat hari. Lukanya terlalu parah, nyawanya tidak terselamatkan. Udin dibunuh karena berita-berita yang ditulisnya di Harian Bernas mengungkap praktik korupsi di pemerintah daerah Bantul.
Bupati Bantul ketika itu, Sri Roso Sudarmo, sangat gerah oleh pemberitaan yang dibuat Udin.
Alih-alih membongkar kasus pembunuhan, yang terjadi kemudian skenario yang dibuat-buat untuk mengaburkan kasus yang sebenarnya.
Dibuatlah skenario perselingkuhan antara istri Udin dengan seorang laki-laki bernama Dwi Sumaji.