Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Musim Panas

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 06 Juli 2022 – 07:08 WIB
Musim Panas - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Debat penyebab kematian itu bisa panjang. Namun, dampak kekurangan listrik akan lebih panjang. Maka keputusan menghidupkan kembali pembangkit nuklir terpaksa dilakukan.

Pemerintah sudah memeriksa ulang kesehatan pembangkit itu. Berulang-ulang. Selama 11 tahun terakhir.

Jepang telah menjadi kenyataan baru bahwa renewable energi belum bisa banyak berbuat. Belum lagi kalau dilihat dari kenaikan harga batu bara: tiga kali lipat.

Bagaimana bisa bahan bakar yang dihujat habis-habisan itu justru kian jadi rebutan. Termasuk di negara yang begitu getol mempersoalkan sisi buruk batu bara.

Kian disadari bahwa tenaga angin sulit diandalkan: angin-anginan. Kadang angin terlalu kencang –merusak kincir. Lebih sering lagi: tidak ada angin. Padahal Anda tidak bisa diberi pengumuman jenis ini: maafkan listrik mati karena lagi tidak ada angin.

Lalu Anda pun melongok ke luar jendela: oh iya, daun-daun pun tidak bergoyang.

Memang terus ditemukan bilah-bilah ajaib. Di kecepatan angin 1 m/menit pun bilah kincir sudah bisa memutar. Ditemukan juga kincir susun. Satu tiang bisa dipasangi banyak kincir.

Ada lagi cara-cara lain dalam menempatkan kincir. Atau model baru kincir. Namun, belum satu revolusi. Efisiensi pembangkit tenaga angin tetap saja masih jauh dari memadai: sekitar 16 persen.

Kita hanya tahu rakyat Jepang itu enak. Makmur. Namun, kita tidak ikut merasakan bagaimana mereka harus sangat hemat listrik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News