Nasionalisme Atraktif
Oleh Dahlan IskanKetika beberapa tentara sudah saling berhadapan di balik pintu jeruji, pintu pun didorong. Perbatasan itu terbuka lebar.
Di saat inilah tentara kedua belah pihak adu apa saja. Tinggi-tinggian ayunan kaki. Adu sigap. Adu tegap. Adu menonjok awan. Adu kumis: mereka saling memilin kumis dengan atraktif. Seperti saling tantang: ini kumisku, mana kumismu.
Juga adu keindahan topi. Mereka saling menunjukkan gerak membetulkan topi. Seolah saling menantang: ini topiku, lebih indah dari topimu bukan?
Setiap gerak itu diikuti teriakan dukungan dari ribuan suporter. Mereka seperti mengesyahkan: tentara kami yang lebih hebat.
Tapi tidak ada nada emosi yang ditunjukkan suporter. Suasananya seperti kebencian yang diselimuti kebanggaan dan kegembiraan.
Saya sangat terhibur oleh atraksi ini. Begitu juga sebarisan orang dari Hangzhou di belakang saya.
Yang hebat, atraksi ini tetap dilangsungkan pun di saat genting. Termasuk bulan lalu. Sewaktu di perbatasan lain India-Pakistan lagi saling serang.
Ketegangan ternyata bisa jadi hiburan. Apalagi teater di perbatasan ini gratis.