Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Negara dan Imperium Mafia: Kandasnya Indonesia Menjadi Acuan Harga Timah Dunia

Oleh: Edu Lemanto

Senin, 06 Juli 2020 – 15:50 WIB
Negara dan Imperium Mafia: Kandasnya Indonesia Menjadi Acuan Harga Timah Dunia - JPNN.COM
Direktur Eksekutif LKIP & Mahasiswa Program Doktoral Humanity and Social Science, PFUR, Moscow-Rusia. Foto: Dokpri

ICDX seakan disepak dan ditendang begitu saja. Padahal, ICDX sudah lebih dahulu menjadi bursa timah tunggal di pasar timah sekaligus menjadi acuan harga timah nasional dan bahkan harga timah Indonesia menjadi menjadi acuan harga timah dunia.

Tak hanya itu, ICDX telah memberi keuntungan bagi negara yang lebih besar. Dualisme bursa timah Indonesia kemungkinan besar merupakan produk back door deals itu. Dalam perdagangan global, dualisme ini menghasilkan wajah Indonesia yang tak jelas. Dua pintu dengan harga berbeda. Mata dunia tertuju pada keganjilan dan keanehan ini. Ia menghasilkan kebingungan bagi negara-negara konsumen. Indonesia tentu dianggap sebagai negara bermuka ganda dan tak jelas.

Dari situ bisa diketahui bahwa dalam urusan apapun, termasuk timah ini, Indonesia adalah negara dengan sistem kerja mafia. Kedaulatan negara tengah diuji. Harga dirinya ditimbang secara serius. Karenanya, analisis Hasiman yang meminta Bappebti untuk segera mencabut lisensi yang diberikan kepada JFX sangat masuk akal. Tugas negara adalah menguatkan ICDX sebagai penyelenggara bursa timah tunggal agar Indonesia masih bertengger sebagai acuan harga timah dunia.

Anjuran para pengamat agar Presiden Jokowi harus turun tangan dan meminta Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, untuk segera mencabut lisensi bursa timah BBJ/JFX itu sangat rasional. Anjuran mereka pada dasarnya sejalan dan satu visi-misi dengan kemarahan Jokowi dalam hal mafia Migas. Di balik kemarahan yang bersifat “ekonomis” itu, terdapat kemarahan yang bersifat kenegaraan, tepatnya soal “kedaulatan negara”.

Impor Migas tinggi tak hanya menandai terkoyaknya kedaulatan energi, tetapi juga kedaulatan negara. Sama halnya di balik dualisme harga timah terdapat masalah dikoyaknya wajah negara di mata dunia. Dari situ bisa dibaca bahwa mafia di negeri ini sudah, sedang akan terus membentuk imperium yang kuat. Jokowi idealnya marah karena menguatnya imperium; jaringan parasit dan predator yang melibatkan (perusahaan-perusahaan) negara, partai politik hingga istana.

Imperium Mafia

Masalah dualisme bursa timah nasional dan mafia impor Migas di atas mengingatkan kita pada anatomi relasi antara kejahatan terorganisir dengan negara. Jean Briquet dan Gilles Favarel (editor), dalam Organized Crime and States: The Hidden Face of Politics (2010), menjelaskan sebab utama kehancuran negara. Kerusakan negara dalam segala bidang (sosial, budaya, ekonomi dan lainnya) bersumber dari kejahatan terorganisir. Pemainnya adalah negara, pebisnis-pebisnis nakal-egois, dan politisi.

Intimidasi keras itu pun secara implisit membongkar daya rusak dari simbiosis trisula kekuatan tiga entitas. Pertama, imperium mafia yang bersifat predatoris terhadap bangsa dan negara. Kedua, BUMN-BUMN yang (seharusnya) menjadi penopang utama perekonomian negara tetapi justru (kerap) menjadi parasit bagi negara. Ketiga, (kedaulatan) negara yang terus dihimpit dan digencet di antara predatorisme entitas pertama dan parasitisme entitas kedua tersebut.

Indonesia hanya perlu satu Bursa Timah, dan BKDI/ICDX adalah satu-satunya Bursa Komoditi dan Penentu Harga Timah di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close