Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ngeri! Dor...Dor...Dor...Imigran yang Banyak Omong Ditembaki Kapten Kapal

Minggu, 24 Mei 2015 – 12:41 WIB
Ngeri! Dor...Dor...Dor...Imigran yang Banyak Omong Ditembaki Kapten Kapal - JPNN.COM
Para pengungsi Rohingya, Myanmar, dan Bangladesh menumpang kapal untuk mencari penghidupan baru di negara lain. Mereka akhirnya terdampar di Aceh, Rabu (20/5). Foto: S. Yulinnas/AP Photo

Kapal besar itu ternyata bermuatan 363 pengungsi Rohingya yang terusir dari Myanmar. Saat itu, kata Rafiq, kapal dalam kondisi kosong. Jangkarnya dilepas, mesin dimatikan. Kapal itu tidak akan berangkat sebelum muatannya penuh. Alhasil, yang naik duluan –seperti para pengungsi Myanmar itu– paling menderita karena harus menunggu berhari-hari lamanya.

’’Kami sendiri tinggal di kapal sampai 21 hari menunggu perahu-perahu kecil berdatangan. Kadang sehari ada 10 orang naik, kadang 20 orang yang bergabung di kapal itu. Kapten memutuskan berangkat jika kapal sudah penuh,’’ ujar Rafiq.

Hari ke-22, mesin menderu dan kapal melaju ke perairan Thailand. Dibutuhkan waktu tujuh hari tujuh malam sebelum mereka sampai di perbatasan. Kontak dengan militer Thailand terjadi, tapi kapal dilarang masuk ke perairan Negeri Gajah Putih itu. Terungkitnya kasus sindikat perdagangan manusia di Songhkla membuat pemeritah Thailand memperketat penjagaan di wilayah perairan.

Buntutnya, para imigran itu kembali terombang-ambing selama 41 hari di Laut Andaman. Selama dua bulan kurang itu, mereka amat menderita. Kapal yang sesak membuat mereka tak bisa bergerak leluasa. ”Kami tak bisa bergerak atau berdiri. Kami hanya bisa jongkok. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, kami memandang laut dengan penuh keputusasaan.”

Beruntunglah mereka yang berada di dek kapal karena ada udara laut segar yang bisa dihirup. Lain halnya dengan mereka yang membayar murah dan ditempatkan di dalam lambung kapal. Ada tiga tingkat ruangan untuk mereka. Selisih tingkat per tingkat hanya 1,5 meter. Saat berdiri, otomatis kepala mereka akan terbentur atap kayu.

Bukan hanya itu, kondisi ruangan tersebut amat pengap. Sempit dan bau tidak keruan. Sebab, aktivitas kencing atau buang kotoran dilakukan para penumpang di sekitar mereka berdiri. Kondisi itu dialami para pengungsi Rohingya yang sudah dua bulan terkatung-katung di tengah laut.

Terlebih ketika kapal itu mendapat limpahan 558 penumpang baru dari tiga kapal kecil dari Bangladesh. Total lebih 900 penumpang dalam satu kapal yang seharusnya hanya bisa menampung 400 orang. Begitu berjejalan!

Pada hari ke-70 pukul 7 malam, kata Rafiq, mesin kapal dihidupkan kapten kapal berkebangsaan Thailand itu. ”Kalian semua akan pergi ke Malaysia,” ucap sang kapten, lalu disambut sukacita seluruh penumpang. Namun, setelah empat jam berlalu, kapal kembali berhenti. Semua orang terdiam dan saling bertanya-tanya. ”Ada apa ini? Ada apa?”

PARA pengungsi Myanmar dan Bangladesh tidak tahu harus ke mana lagi untuk bertahan. Maka, jadilah mereka manusia perahu yang terombang-ambing gelombang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close