Nihayatul Wafiroh: Kesehatan Mental dan Spritual Penting Sebagai Fondasi Kehidupan
Selain itu, hasil penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington terkait Global Burden of Disease (GBD) menunjukkan, bahwa prevalensi perempuan mengalami gangguan kesehatan mental lebih tinggi dibanding laki-laki.
Menyikapi itu, kader Partai Kebangkitan Bangsa asal Banyuwangi itu menekankan pentingnya program pemberdayaan perempuan di seluruh sektor, termasuk pemberdayaan ekonomi.
Dia menilai perempuan Indonesia tidak kuat menghadapi tekanan mental, salah satunya dikarenakan budaya patriarki, yang menempatkan mereka lebih rendah dibanding laki-laki.
"Oleh karena itu, perempuan harus berdaya dan mandiri, sehingga mereka mampu menciptakan kesetaraan relasi gender dengan pasangan dan lingkungan sekitar. Kesetaraan relasi membangun ruang komunikasi yang dapat saling mendukung satu dengan lainnya," kata dia lagi.
Ninik juga prihatin atas rendahnya penanganan kasus kesehatan mental di daerah.
Hanya 9 persen penduduk dengan gejala depresi yang mendapatkan pengobatan, sementara sisanya tidak menjalani pengobatan, karena minimnya layanan kesehatan mental di daerah selain faktor budaya.
"Saya berharap layanan kesehatan mental di daerah segera dibangun, agar edukasi, dekteksi dini, dan penanganan kasus dapatdilakukan dengan baik," tandas Ninik.
Di momen hari perempuan ini, Ninik mengajak seluruh komponen masyarakat untuk menjaga kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri, anggota keluarga, dan lingkungan sekitar.