Nilai Budaya Simalungun Dalam Perjuangan Tuan Rondahaim
Oleh: Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha - Pendeta GKPS dan Budayawan SimalungunStrategi perangnya diatur dengan sangat rapi dibantu prajurit-prajurit dari Aceh. Dia bisa merasakan apa yang dirasakan prajuritnya dan melakukan yang terbaik untuk prajuritnya tersebut.
Penutup
Tuan Rondahaim Saragih Garingging wafat pada tahun 1891 meninggalkan orang-orang yang dikasihinya, termasuk rakyatnya.
Sepak terjang Tuan Rondahaim bagi para musuhnya dianggap sebagai suatu hal yang menakutkan, sehingga dia digelari Tuan Raya Na Mabajan atau Tuan Raya Nabisang (Tuan Raya yang Jelek atau Tuan Raya yang Bengis). Di antara tokoh-tokoh perlawanan Simalungun menentang Belanda, hanya Tuan Rondahaim satu-satunya yang berani melawan Belanda dengan kekuatan senjata.
Perlawanannya kepada Belanda adalah bukti ketidaksudian Rondahaim, negerinya dijajah oleh Belanda.
Dia lebih suka mati berkalang tanah daripada dijajah Belanda, oleh karena itu dia mengobarkan terus semangat berjuang, pantang menyerah dan berusaha supaya peluru Belanda tidak membunuh dirinya.
Kepada rakyatnya ditanamkannya semangat sebagai bangsa merdeka dan bermartabat! Dan perjuangan Tuan Rondahaim sebetulnya berhasil, sebab selama dia hidup, Belanda tidak berani masuk ke Raya, dan Raya adalah satu-satunya daerah di Simalungun yang merdeka yang tidak berani dimasuki orang kulit putih selama Rondahaim masih hidup.
Kalau daerah Simalungun hilir sudah dimasuki Belanda tahun 1865 terutama di Tanah Jawa dan Siantar, Raya baru dimasuki Belanda tahun 1896 setelah kematian Tuan Rondahaim.