Nilai Budaya Simalungun Dalam Perjuangan Tuan Rondahaim
Oleh: Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha - Pendeta GKPS dan Budayawan SimalungunIstilah amang sungguh dalam maknanya, bukan sebatas berarti bapak, tetapi berarti juga panutan, pengayom, pelindung, penerus kuasa gaib dari sejak leluhur.
Di dalam bahasa Simalungun, kata amang banyak terdapat dalam mantera, dan dalam ratapan orang Simalungun memakai istilah: amang na umbanei, amang na umbalos, amang siadopan.
Tuan Rondahaim adalah amang tempat rakyat mengadu untuk setiap persoalan baik nafkah, silang sengketa, perkara bahkan perjodohan.
Orang yang sulit menikah atau tidak mampu membayar mas kawin bila mengadu kepada Rondahaim, orang itu akan dibantunya bahkan tidak segan-segan Rondahaim memilih sendiri jodoh orang yang meminta pasangan kepadanya bahkan menggelar pesta pernikahan untuk orang tersebut dari uang pribadinya.
Sebagai amang, Rondahaim adalah sosok yang religius yang taat dengan ajaran agamanya (agama suku).
Sosok-sosok keramat sembahan orang Simalungun (sinumbah dan simagod) dihormatinya dan dipujanya dengan taat.
Adat dipegangnya teguh dan setiap pelanggar adat dihukumnya dengan keras. Pada masa Tuan Rondahaim setiap orang yang masuk ke Raya mesti menyesuaikan marganya dengan marga asli Simalungun.
Dengan demikian secara adat budaya, Kerajaan Raya benar-benar dijaganya betul supaya tetap beradat istiadat dan berkebudayaan Simalungun.